Pada tanggal 2 Maret 2018 lalu, Yayasan Radmila mengadakan perayaan Cap Go Meh. Acara perayaan ini berlangsung sangat meriah, dan berhasil mendatangkan kurang lebih 500 tamu undangan. Perayaan ini menjadi sangat meriah karena penampilan dari anak-anak Panti Asuhan Radmila, Jamuan makan yang sederhana, pertunjukan Barongsai dan menyaksikan gemerlap Petasan yang sangat indah di malam tersebut.

Tradisi perayaan Cap Go Meh di Yayasan Radmila diadakan setiap tahun, dan mengundang banyak perhatian warga sekitar dan para tamu. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan tali persaudaraan keluarga besar Yayasan Radmila dan juga warga sekitar, terlebih untuk menghibur anak-anak panti asuhan Radmila.

Acara tersebut mulai pukul 18.00 WIB, dibuka dengan kata sambutan oleh ketua Yayasan Radmila yaitu Bapak Baharum, SH. Dalam sambutanya beliau menyampaikan bahwa moment ini menjadi tradisi Yayasan Radmila untuk mempererat tali persaudaraan atau tempat temu keluarga besar.

Tahukah bahwa sebenarnya Cap Go Meh (Hokkien: 十五暝) melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Ini berarti, masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari.

Sejarah Cap Go Meh dapat ditemui dari banyak sumber dan versi yang berbeda-beda. Salah satu versi sejarah Cap Go Meh menuliskan bahwa tradisi ini  dimulai pada saat dinasti Zhou (770 – 256 SM) setiap tanggal 15 malam bulan satu Imlek.  Para petani memasang lampion-lampion yang dinamakan Chau Tian Can di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman, selain itu juga untuk menciptakan  pemandangan yang indah dimalam hari tanggal 15 bulan satu.

Dan untuk menakuti atau mengusir binatang-binatang perusak tanaman, mereka menambah segala bunyi-bunyian serta bermain barongsai, agar lebih ramai dan bermanfaat bagi petani. Kepercayaan dan tradisi budaya ini berlanjut turun menurun, baik didaratan Tiongkok maupun diperantauan diseluruh dunia. Ini adalah salah satu versi darimana asal muasalnya Cap go meh.

Di Barat, Cap go meh dinilai sebagai pesta karnavalnya etnis Tionghoa, karena adanya pawai yang pada umumnya dimulai dari Kelenteng. Kelenteng adalah penyebutan secara keseluruhan untuk tempat ibadah “Tri Dharma” (Buddhism, Taoism dan Confuciusm). Nama Kelenteng sekarang ini sudah dirubah menjadi Vihara yang sebenarnya merupakan sebutan bagi rumah ibadah umat  Buddha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *